Iwan Fals

Lelaki Tengah Malam dengan Segala Kesederhanannya

Semua bermain dalam kesederhanaan.
Kata yang sederhana
Laku yang sederhana
Marah yang sederhana

kemudian menjadi serpihan cinta yang sederhana
Tidakkah kau melihat bagaimana hujan turun dengan sederhana tepat di atas kepalanya, dan ia menikmati hujan dengan senyum yang sederhana.
Semua berjalan tepat pada waktunya..
Tak mengenal kata buru-buru, tergesa-gesa, tergopoh, acuh, dan pada akhirnya ada pada penyederhanaan menyikapi waktu.

Ia mencintai istrinya yang sederhana dengan cara sederhana pula, mengeja cinta, memburu cinta, memaafkan cinta, memaklumkan cinta, mencari cinta, dan menyederhanakan jenuh dengan cinta yang belum dalam.

Ia mencintai kopi, pahit dan hitam. Sebuah analogi panjang tentang hidup katanya. Harus siap dengan pahit dan hitam kelam yang ia sederhanakan dengan menyeruputnya bakda subuh dan maghrib, sama-sama perlawanan dua warna di langit katanya.

Ia mencintai anaknya dengan sangat, kemudian menyederhanakannya setelah kematian mengajarkan cinta yang sederhana adalah dengan memberi perhatian, tidak mendoktrin, mendikte, mencetak, dan bukankah anak adalah investasi? Ia merdeka, bukan tanah lempem yang bisa dibentuk apa saja.
Maka kesederhanaan cinta menjadikannya tumbuh dalam dua rambu saja yang sebenarnya hampir sempurna dengan tiga rambu. Namun bukankah kematian bukanlah pemutus segalanya? Masih ada cinta yang menyerdehanakan kematian menjadi rindu untuk berkumpul di JannahNya kelak.

Ia menyederhanakan marah, kecewa, empati dalam lagu-lagu akar rumput. Panjang, lama, sebentar, tak menjadi titik jenuh bagi yang mendengar, namun menjadi titik rindu yang pun tersusun rapi dalam kesederhanaan. Berkumpul, menikmati bersama, merayakan cinta, atau menjadi milik pribadi di ruang-ruang sempit.

Ia mencintai TuhanNya..
Ia mencintai malam dengan sederhana.
Mencintai pagi, siang dan sore, tengah malam dan subuh.
Mencintai gunung dengan sederhana.
Mencintai Hijau dengan sederhana.
Mencintai hutan dan pohon dengan cinta yang banyak.
Mencintai laut dan mencintai kesederhaan dengan cinta yang banyak.
Mencintai perempuan, menghormati Ibu, atau memangkah benci telah hilang dari dalam hatinya?
Tapi saya ingat, dia marah dan benci pada kecurangan, pada orang-orang yang menjadikan dirinya tikus, pada orang-orang yang menjadikan pembangunan sebagai sarana membuncitkan perut, pada orang tak berbelas kasih, dan bermimpi tidak ada tentara.

Sudahkah kau melihatnya tertawa lepas?
Ia bernyanyi…
Ia bersuara…
Ia bercerita…

Terlalu banyak yang ia sederhanakan..
dan ia adalah orang yang sederhana..
yang tak akan cukup dan tak bisa disederhanakan dalam tulisan ini. Ini hanyalah serumpun cinta yang banyak kukumpulkan untuknya yang jauh dari kesederhanaan.

Tuhan memiliki banyak episode indah pada setiap hamba-hambaNya,
salah satu episode indah itu adalah antara aku dan dia.

aku mencintainya dengan sangat banyak..
sekali ini, aku belajar mencintainya dengan sederhana..

8 tanggapan untuk “Iwan Fals”

Tinggalkan komentar