Cerita Akhir April

Dari awal memang kemarahan akan selalu membunuh laku
Membunuh dengan belati, lidah, sikap bahkan langkah kaki sekalipun.

Jika diamnya perempuan adalah iya,
maka betullah jika diamnya laki-laki adalah marah.
Kesal pun telah meraja tiga hari
Alih-alih menjaga hati
Ba’da Jumat telah berada pada ujungnya,
mengusir hari menuju hari-hari setelahnya..

di sini, Laki-laki masih diam.
diam yang terpelihara, hati memupuk marah
Kita punya banyak kesempatan bersua,
tapi titik pandang kita tidak bertemu,
bertemu, lantas kau buang ke arah yang lain.
mencari namaku dari mulut orang lain.

Harusnya aku tahu diri
Harusnya aku sadar
sedari awal ini bernama penolakan..

ini benarlah bukan sesuatu yang adil
terkadang laki-laki berada pada tingkat rasional yang paling rendah
dan itu hanya karena si laki-laki sedang marah, kecewa, atau tepatnya kita sederhanakan dengan nama si Lelaki sedang memilu.

Ketahuilah, Aku banyak mencintaimu,
aku banyak menaruh hormat padamu,
aku banyak membungkuk, menyulam senyum, mengurai kata untukmu.

dan kau memilih siang, di akhir bulan April untuk mengakhiri semuanya.
Ini memang terlalu memilu dan memalukan.
Tidak ada kekuatan, seolah Tuhan pun terlupakan.

Cat.siang, 30 April 2012
Konsekuensi-konsekuensi semacam ini memang haruslah terbayar lunas
Entah harus membayarnya dengan apa?
Maaf pun hanya seperti puisi dan prosa lama yang sesaat lagi akan memudar.
Seandainya ‘maaf’ itu adalah luka..

Tinggalkan komentar